Jakarta - Tren busana hijab mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam lima tahun terakhir. Hal ini pun membuat jilbab sebagai penutup kepala wanita berhijab semakin kaya keragamannya. Rupanya, keragaman jenis jilbab tersebut dilirik kakak-beradik ini untuk dijadikan peluang bisnis.
Adalah Intan Kusuma Fauzia dan adiknya, Atina Maulia yang bermula dari sekadar 'iseng' berjualan jilbab untuk mengisi waktu luangnya. Awalnya bisnis jilbab ini hanya memanfaatkan sarana BBM (Blackberry Messenger) dan SMS untuk memasarkan barang dagangannya. Selama tiga bulan, Atina lah yang pertama merintis bisnis jual-beli ini, tepatnya pada 2012 saat usianya masih 18 tahun.
Atina mengambil barang ke pusat grosir terlebih dahulu, hanya jika ada peminat yang tertarik. Setelah barang dibayarkan oleh pembeli, baru ia menyetorkannya kepada pihak pemasok. Jadi bisa dibilang, usaha berjualan jilbab ini dimulai tanpa mengeluarkan uang sepeser pun (untuk membeli barang), kecuali pada biaya internet dan komunikasi.
"Sebenarnya pada dasarnya kami berdua suka belanja online, akhirnya iseng cobain jualan tapi yang gampang. Adikku dulu jualan jilbab dan ambil barangnya grosiran. Jadi dia foto barangnya, upload ke BBM, kalau ada yang beli baru barangnya dikirim," cerita Intan ketika dihubungi Wolipop, Rabu (20/1/2016).
Saat itu, Intan yang masih berkuliah di PPM Manajemen jurusan finance business ini ditugaskan untuk membuat bisnis baru sebagai salah satu syarat kelulusannya. Akhirnya sang adik menawarkannya untuk mengelola bisnis hijab online bersama-sama. Selama tiga bulan berikutnya, wanita yang kini berusia 23 tahun ini rajin memantau bisnis tersebut hingga akhirnya benar-benar mantap menjalankan profesinya menjadi seorang wirausahawati.
Bisnisnya berjalan lancar hingga di tahun pertama. Saat itu, mereka berdua memutuskan untuk memproduksi sendiri jilbabnya dalam jumlah besar. Dengan mengandalkan model jilbab segi empat dan pashmina, kedua kakak-beradik itu mencari-cari konveksi yang bisa menyanggupi permintaannya.
Tapi sayangnya, halangan sempat menghampiri Intan dan Atina. Jilbab produksinya dinyatakan gagal produksi karena tidak sesuai dengan harapan mereka. Produknya memiliki panjang ukuran yang berbeda-beda sehingga tidak layak untuk dijual kembali. Saat itu mereka merugi hingga Rp 70 juta rupiah dan sempat tidak mau berjualan lagi karena shock dan tidak semangat.
Namun dorongan dari orangtua membuat mereka bangkit kembali menghadapi suka duka dan persaingan di dunia bisnis. Berkat itu, kini nama Vanilla Hijab terkenal di media sosial khususnya Instagram dengan jumlah pengikut lebih dari 300 ribu followers dan berhasil memiliki dua konveksi sendiri.
Dalam sebulan, mereka memproduksi sekitar empat model jilbab yang masing-masing jenisnya diproduksi sebanyak 1500 potong. Jilbab tersebut terdiri dari delapan hingga 10 warna yang didominasi oleh warna-warna pastel.
"Warna pastel itu memang salah satu konsep kami. Jarang ada warna yang bold dan neon seperti kuning terang atau pink neon. Paling ada beberapa warna gelap yang standar seperti biru, hitam dan marun," lanjut Intan.
Karena usahanya yang sudah cukup terkenal khususnya di kalangan para hijabers, hijab yang diproduksinya selalu habis tak tersisa saat usai diproduksi. Padahal, Intan dan Atina sudah memproduksi hingga 3.500 potong dalam sebulan dan sempat merasa was-was jika produk buatan mereka tidak laku terjual. Tanpa disangka, barang jualannya langsung habis dalam waktu setengah jam saja.
"Sampai sekarang kami selalu over demand, makanya kami membatasi setiap pembelian hanya empat potong saja setiap customer, agar yang lain juga kebagian," terangnya.
Sudah serius menjalani bisnis yang awalnya tidak mengeluarkan modal sama sekali, kedua kakak-beradik ini pun terus berinovasi dalam usahanya. Kini mereka tengah mengembangkan aplikasi mobile yang bisa memudahkan para pelanggan untuk berbelanja.
"Aplikasi itu sudah bisa di-download tapi belum bisa dipakai untuk transaksi, masih mau 'digodok' lagi. Ke depannya mau buat aplikasi untuk iOs karena kan kita nggak selamanya ada di Instagram," tutup Intan.
Komentar
Posting Komentar